Follow on G+

Senin, 18 April 2011

Bulan Bahasa 2010 Fakultas Sastra dalam Bedah Buku "Abhayagiri Kraton Ratu Boko"

Menariknya buku kumpulan puisi berjudul “Abhayagiri Kraton Ratu Boko”. Dilengkapi dengan foto-foto Candi Ratu Boko mengilhami Fakultas Sastra untuk menghadirkan Trie Utami sang penulis puisi dalam acara Bula Bahasa 2010. Tak tanggung-tanggung, dua fotografer terlibat memvisualkan keindahan candi perpaduan Hindu dan Budha abad VIII, sekaligus kecantikan Trie Utami, yakni Harisinthu dan Felix E. Yudi. Pemilihan Candi Ratu Boko juga bukan tanpa sebab, menurut Trie Utami setiap kali dirinya mengunjungi Candi Ratu Boko, dirinya merasa betah dan seperti di rumah sendiri.

Sebelum acara bedah buku kumpulan puisi karangan Trie Utami, ada tiga buku karangan para dosen Fakultas sastra yang juga dibahas. Antara lain kumpulan naskah drama karya dosen jurusan Sastra Inggris Drs. Ilham Zoebazary, M.Si yang berjudul “Orang-Orang Bawah Tanah”. Buku berjudul “Variasi, Keunikan dan Penggunaan Bahasa Madura” karangan Dr. A. Sofyan, M.Hum dari jurusan Sastra Indonesia serta buku karangan Drs. Parwata, M.Hum dari jurusan Sejarah dengan judul “Monopoli Garam di Madura”.


Trie Utami sang vokalis grup jazz Krakatau unjuk kebolehan di bidang tarik suara, kali ini penampilannya di hari Jumat lalu (22/10) di kampus Tegalboto sedikit berbeda. Penyanyi asli Bandung ini lebih banyak berdialog bersama mahasiswa Universitas Jember menjelaskan kisah dibalik pencipataan buku kumpulan puisinya berjudul “Abhayagiri Kraton Ratu Boko”.

Menurut Trie Utami, proses penciptaan puisi-puisinya mengalir begitu saja sesuai dengan apa yang dia lihat, rasa dan dengar. Mengalir dan berproses begitu saja sesuai jalannya yang banyak berkecimpung di bidang budaya. Trie Utami juga menegaskan jika buku kumpulan puisinya menjadi salah satu perwujudan cintanya kepada Indonesia. Sebelum memulai diskusi buku kumpulan puisinya, Trie Utami menyempatkan diri menyanyikan salah satu hits-nya bersama Krakatu yang berjudul “Sekitar Kita”.

Trie Utami yang biasa disapa Iie mengatakan :
"Saya hanya ingin menceritakan sebuah sejarah yang tidak banyak diketahui masyarakat awam bahwa terdapat sebuah situs purbakala yang indah di sebelah selatan Candi Prambanan," kata Trie Utami memulai diskusi dan bedah buku tersebut.

Menurut dia, penulisan buku "Abhayagiri Keraton Ratu Boko" berawal dari ketidaksengajaan melakukan pemotretan di situs purbakala tersebut dan mengumpulkan sejumlah naskah sejarah yang sudah tercecer.

"Saya menulis buku itu selama dua hari dan langsung jadi, bahkan saya tidak menduga bahwa tulisan itu akan menjadi sebuah buku 'based on' sejarah yang cukup menarik," ucap penyanyi yang akrab disapa Iie itu.

Keinginan Iie untuk menulis sebuah buku fotografi yang dikemas secara unik dan eksotis tersebut mengajak masyarakat untuk melihat pesona situs Ratu Boko yang terletak di selatan Prambanan.

"Saya sebagai perempuan yang lahir di tanah Jawa ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang suatu budaya dan sejarah yang tidak kita dapatkan dalam pelajaran sejarah di sekolah," tutur penyanyi Sekitar Kita itu.

Ia menjelaskan, Abhayagiri menyimpan kisah luhur yang seharusnya diceritakan kembali kepada generasi muda karena di dalamnya tersembunyi sebuah kisah mulia tentang Rakai Panangkaran yg mengajarkan "Boddhicitta", ajaran yg dibawa Atisha sampai ke Tibet, hingga kini masih diajarkan oleh Dalai Lama kepada para bhiksu.

"Ajaran asli Abhayagiri tentang keluhuran budi pekerti dan pemahaman Ketuhanan yang diyakini akan bersinar kembali suatu saat nanti," jelasnya.

Selama ini, lanjut dia, warga negara asing (WNA) yang menceritakan sejarah Indonesia kepada bangsa Indonesia dan hal tersebut sangat memprihatinkan.

"Sejarah Indonesia tidak sesederhana yang ada di buku sejarah dalam kurikulum pelajaran di sekolah, namun banyak makna kehidupan yang terkandung dalam sejarah itu," paparnya.

Dalam buku tersebut tersirat beberapa pesan antara lain bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang dijajah, leluhur Indonesia adalah orang hebat yang memiliki budi pekerti luhur, dan kebudayaan yang ada merupakan perjalanan bangsa mencari sebuah identitas sendiri.

Sementara dosen Fakultas Sastra Christanto P. Rahardjo menilai buku "Abhayagiri Keraton Ratu Boko" yang ditulis Trie Utami membawa pembaca kepada kesejukan dan keindahan Keraton Ratu Boko yang mencekam dan memiliki nilai sejarah tinggi.

"Keraton Ratu Boko memang menyimpan beribu-ribu misteri dan penyajian prosa dan fotografi dalam buku itu cukup eksotis sehingga membawa pembaca seakan-akan berada di situs purbakala yang ditemukan pertama kali oleh arkeolog Belanda, HJ De Graaf pada abad ke-17," paparnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Labels

Popular Posts