Follow on G+

Selasa, 04 Februari 2014

Pesona Alam Bande Alit Jember Yang Tersembunyi

Bandealit (Taman Nasional Meru Betiri) tak hanya 'menyembunyikan' Harimau Jawa. Di sini juga ada sebuah cerita tentang jembatan kecil bernama GLADAG SROEDJI.

Letak GLADAG SROEDJI kalau dari arah perkebunan kotta blater; melintasi Curah Nongko - Jember, lalu masuk pintu gerbang TNMB, mengikuti makadam hingga rumah pak Karim (batas aspal dan sinyal), terus lagi melewati turunan yang curam, hingga menemui pertigaan yang ada jembatannya (arah ke desa Cawang). Di sinilah lokasi jembatan Sroedji.

Berbeda dengan warga lokal, orang-orang Taman Nasional lebih sreg menyebut jembatan (dan nama pertigaan) ini dengan nama POS PKI. Saya maklum, karena paska kemerdekaan (era akhir 1940-an), yang dihadapi oleh pejuang tanah air bukan hanya pihak Belanda, melainkan juga adanya perang saudara dengan Partai Komunis Indonesia.

Tadinya saya heran, kenapa nama Letkol. M. Sroedji diabadikan menjadi nama jembatan ini? Tapi saya pikir, secara teritorial posisi Bandealit tidaklah sangat jauh dengan titik pertempuran akhir Letkol M. Sroedji (Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur), yaitu di desa Karang Kedawung - Mumbulsari. Pertempuran itu terjadi pada 8 Februari 1949.

Sejarah mencatat, paska perjanjian Renville (yang isinya sangat merugikan kita), Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur mengadakan Wingate Action (dari daerah Blitar ke daerah Besuki) menuju jalur Lumajang - Klakah - Jember - Banyuwangi. Wingate Action tersebut berlangsung selama 51 hari. Menempuh perjalanan panjang, dengan jarak sekitar 500 km. Pertanyaannya adalah apakah selama proses perang gerilya tersebut, Pak Sroedji dan pasukannya pernah masuk ke daerah ini? Ataukah sebelumnya? Saat Pak Sroedji dan pasukannya berhasil merebut Pabrik Gula Leces, kemudian menarik diri ke Jember?

Hmmm... mungkin saya butuh kembali menapak-tilasi route perjalanan Brigade III Damarwoelan saat sudah kembali dan memasuki wilayah Jember, 1949.

Pada 7 Februari 1949, posisi pasukan sudah ada di dusun Pomo (Wuluhan). Ketika hari sudah menjelang senja, mereka meneruskan merayap menuju titik berikutnya. Titik yang dituju yaitu desa Panduman kecamatan Arjasa (tempat KKN-nya Nancy Florida), dan Sucopangepok (sebuah Desa Pegunungan di Kecamatan Jelbuk). Namun, kisah berbelok. Terjadi pertempuran sengit sebelum mereka sampai di titik tujuan.

Sementara di tempat yang lain, pada tanggal tersebut Panglima Soedirman sudah mulai meninggalkan desa Nogosari - Pacitan, menuju desa Kasihan, kemudian pada esok harinya (8 Februari 1949), pindah lagi menuju desa Pringapus. Beliau menetap di sini hingga hari valentine 1949.

Maaf, saya selipkan cerita tentang Panglima Soedirman. Soalnya kalau saya dari rumah (JL. Slamet Riyadi Patrang) menuju alun-alun kota Jember, harus melewati JL. Dr. Soebandi, JL. M. Sroedji, JL. PB Soedirman, baru kemudian lun alun. Waduh, tambah gak nyambung yo? haha.. car kalacer.

Baiklah, kembali lagi ke rute perjalanan Pak Sroedji di detik-detik mendekati perang Karang Kedawung.

Pada hari selasa, 8 Februari 1949, setelah bergerak semalam suntuk, akhirnya Pak Sroedji dan rombongan dapat mencapai desa Karang Kedawung untuk beristirahat sejenak. Mereka sangat letih dan lelah.

Namun selelah-lelahnya pasukan, mereka tetap saja waspada. Sebelum beristirahat, Pak Sroedji memberi instruksi pada pasukan kawal Brigade untuk mengadakan stelling pengamanan, pasukan ditempatkan di ketinggian yang dianggap taktis.

Begitu kawal Brigade sedang bergerak untuk mencapai tempat ketinggian yang taktis, maka tak terduga pada lima belas menit kemudian, pasukan Sroedji sudah mendapat serangan mendadak. Musuh datang dari arah Kebun Lengkong, dan tak terduga. Dari sinilah awal mula (pembukaan) perang Karang Kedawung. Pak Sroedji beserta pejuang-pejuang yang lain memberi perlawanan sengit sampai titik darah penghabisan.

Setelah gugurnya komandan Brigade III Letnan Kolonel M. Sroedji, komandan Brigade dipimpin oleh kepala Staf Mayor Imam Soekarto, meneruskan gerakannya menuju Jember Utara (mohon untuk tidak menyingkat), perbatasan antara kabupaten Jember dengan kabupaten Bondowoso, dilereng Gunung Argopuro desa Panduman, Sucopangepok, Teres, dan sekitar kecamatan Arjasa kabupaten Jember dan dijadikan Terugval Basis komando Brigade III Damarwulan.

Mengenai kisah 'Jenasah Letnan Kolonel M. Sroedji yang dijadikan obyek pressing pada masyarakat Jember (oleh pihak Londo),' akan saya ceritakan di kesempatan yang lain.

Kembali ke GLADAG SROEDJI

Sekitar satu setengah jam perjalanan (jalan kaki) dari Gladag Sroedji menuju pantai Bandealit, ada sebuah goa. Masyarakat Jember menyebutnya dengan nama GUA JEPANG, karena memang dibangun pada masa Jepang sebagai gua pengintai. Oleh masyarakat lokal Bandealit, goa ini biasa disebut dengan MATAHARI. Konon kabarnya, pada saat malam hari gua ini memancarkan sinar terang.

Saya mendapat secuil kisah, bahwa dulu Pak Sroedji pernah berada di sini dalam rangka memimpin dan mengajarkan masyarakat dalam hal zeni tempur (ZIPUR). Sayangnya, tidak ada yang tahu kapankah itu. Apakah pra kemerdekaan, aksi polisional satu, atau rentetan dari WINGATE ACTION.

Pak Budi (petugas TNMB) pernah berkisah tentang GLADAG SROEDJI. Katanya, di sinilah jalur Letkol. M. Sroedji saat terdesak oleh serangan Belanda, di serangkaian perjalanan panjangnya.

Sedikit Tambahan

Ohya, hampir lupa. Dulu di Jember ada acara NALASUD alias Napak Tilas Perjalanan Letnan Kolonel M. Sroedji. Biasanya diadakan pada bulan Agustus (memperingati kemerdekaan). Adapun rute yang ditempuh, biasanya seperti ini:

Start, ziarah ke makam beliau di Kreongan (dekat sekali dengan nisan Mbah Sura'i). Kemudian dilanjutkan dengan long march dari Desa Manggisan - Tanggul, menyusuri lereng barat Argorpuro, terus maringono ke Sukorejo -Bangsal, sampek nang Sumber Rejo - Ambulu. Masuk ke Tempurejo, dan berakhir di desa Karang Kedawung - Mumbulsari. Acara NALASUD berlangsung selama tiga hari tiga malam.

Apa sekarang NALASUD masih eksis ya? Soalnya saya akrab dengan kata NALASUD waktu masih SD hingga SMP. Tahun 1996 ke atas, saya nyaris tak mendengar lagi orang-orang berbincang tentang NALASUD. (RZ Hakim)

0 komentar:

Posting Komentar

Labels

Popular Posts