Follow on G+

Rabu, 24 April 2013

Merokok itu (tidak) Haram?

Judul yang sempat terekam dalam memori seorang ahli hisap pada sebuah surat kabar terbesar dan terlengkap serta eksis di kota tembakau Jember ini selalu menjadi acuan bagi sebagian besar warga Jember dan sekitarnya. Betapa tidak, muncul dalam headline Jawa Pos di Radar Jember dalam pojok PERSPEKTIF cetakan Rabu (9/12/11) tepatnya pada halaman 9 Radar Jember. Yaa... sebuah buku berjudul "Siapa Bilang Merokok Haram?" karya dr. HM. Nazim Fauzi, diulas oleh Ayu Sutarto dalam Perspetifnya, buku sangat sensitif dan provokatif. Sensitif, disaat sebagian besar petani tembakau sedang booming berharap bisa menikmati hasil tembakaunya yang konon harganya melangit, disatu sisi pabrikan rokok kekurangan stok tembakau ternyata sebagian ulama yang tergabung dalam lembaga fatwa MUI bersikukuh bahwa rokok itu haram menjadikan pemerintah gamang dan seakan menutup mata dengan kepentingan cukai yang masuk sebagai devisa negara sangat fantastis sebagai penopang laju pemerintahan.

Gejolak antara pemerintah, sebagian ulama, ormas Islam, ahli peneliti/dokter, budayawan dan juga petani menjadi sangat menarik perhatian publik saat itu. Tak terkecuali lingkup daerah komoditas tembakau yang menjadi tumpuan APBD atas hasil cukai pemerintah daerah dan pusat. Lalu bagaimana seorang Ayu Sutarto membedah buku dr. HM. Nazim Fauzi? Mari... berbicara tentang semuanya itu dalam konteks Religius dan Budaya bersama para ahlinya.

Tulisan ini sekedar menimbang dan seterusnya,
memperhatikan dan seterusnya,
menilai dan seterusnya,
merumuskan dan seterusnya,
merasakan dan seterusnya,
menikmati dan seterusnya,
menelaah dan seterusnya,
mencermati dan seterusnya,
mendoakan dan seterusnya,
mengobati dan seterusnya,
menanam dan seterusnya,
membandingkan dan seterusnya,
mengirim dan seterusnya,
menjual dan seterusnya,
membuang dan seterusnya,
mengasih dan seterusnya,
membagi dan seterusnya,
memanen dan setersnya,
membatasi dan seterusnya,
melindungi dan seterusnya,
memberi sanksi dan seterusnya,

menutup dan seterusnya,

melarang dan seterusnya,

mengharamkan dan seterusnya

Yang segala keputusannya adalah hak privasi serta pemahaman setiap orang yang berbeda yang boleh dikatakan mengacu pada Kebineka tunggal ikaan
Biar berdeba-beda tetapi tetap satu Indonesia.

Hanya saja.......
100% dokter menyarankan dan disetiap rokokpun telah mengingatkan pada semua ahli hisap:
Saya yakin orang bejo pilih mengatakan bahwa iklan ini benar, kecuali yang biasa ngambil rokok temannya daripada beli atau memberi. Ternyata meminta itu lebih enak daripada memberi... heheheee..... terang aja.... pasalnya gak mau bondo alias ....... 

0 komentar:

Posting Komentar

Labels

Popular Posts