Pagi seperti biasanya kantin sastra (kansas) menjadi tempat hangatnya celoteh pagi dengan secangkir kopi panas seraya mengenang kepergianmu, Jenggik.
Sang Doktor linguistik dengan celana jeans dan kemeja panjang berdiskusi dengan kelompok aktivis mahasiswa terdengar sayup ditelinga kami, sementara sekelompok mahasiswamu membisu seribu kata setelah sehari penuh terbang bersama boeing 737 menghantarkan kepergianmu keharibaan Tuhan YME.
Kami yang masih belum terbiasa dengan sosok Jenggik yang duduk dikursi panjang seukuran liang tidur panjangmu seakan tak merasa ditinggal olehmu, tak menyangka bahwa kepergianmu dari deretan kursi kansas meninggalkan kami untuk selamanya. Sungguh yang kami rasa mungkin juga dirasakan oleh yang lainnya dari saudara, teman, sahabat, bahkan keluarga terdekatmu.
Dari pojok jurusan biasa engkau melangkahkan kaki menyapa kansas lovers muncul sosok Mardi Luhung, sang pujangga, datang seakan sosok Jenggik bergabung bersama kami. Hallooo kang... sapa sang doktor. Salam sejahtera untuk kita sekalian, sapa Sang Pujangga, Mardi Luhung. Asal tahu saja, mungkin engkau lebih tahu daripada kami, selain Om Nung, sang sesepuh Sastra yang telah kembali ke Sastra, walau belum lama telah kau tinggalkan untuk selamanya.
Sang Pujangga, Mardi Luhung datang sekedar untuk bisa berbagi secangkir kopi kansas untuk bersama kansas lovers mengenang hari-hari bersamamu di kansas.
1 komentar:
mas jenggik ninggal tah?, kapan?, sakit opo?
terus om nung sejak kapan pindah sastra?
Posting Komentar